Beberapa waktu lalu saya mengadakan sesi interview dengan Muhammad Ilman Akbar, founder DailySEO ID, SEO consultant dan trainer.
Ilman memiliki background di SEO dan digital marketing. Mulai dari bekerja di Traveloka, Glints, Vara, Pashouses, dan sekarang memiliki usaha sendiri di DailySEO ID.
Di sini, kami membahas
- Bagaimana Google dan SEO berubah dari waktu ke waktu
- Tren dan dampak media sosial pada SEO landscape
- Bagaimana SEO berkontribusi dalam meningkatkan hasil usaha
- Tantangan yang dihadapi pemilik bisnis untuk SEO
- Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut
Sepanjang perjalanan Ilman, ada perubahan gak yang dilihat dari SEO?
SEO sebenernya dari dulu gitu-gitu aja, cuma tricky-nya adalah, makin ke sini cara-cara lama udah tidak bisa diaplikasikan lagi. Jadi gue lihat SEO itu ada dua cara: SEO bisa dilakukan untuk jangka pendek atau long lasting / sustainable.
Nah cara-cara yang dulu sering kita tahu, misalnya beli backlink, itu gak cukup buat bikin SEO sustain. Google udah makin pinter. Dia bisa mendeteksi mana konten yang buat user, mana yang buat ranking doang. Jadi perbedaan antara yang short term sama yang sustainable tadi adalah di mindset kita sebagai orang SEO / pemilik website, apakah kita bikin web buat user atau buat naik ranking doang.
Dari dulu Google sebenarnya sudah menyarankan agar kita bikin website buat user. Cuma dulu kami, para praktisi SEO, menemukan cara cepat buat bisa naik ranking, dapat traffic, cepet cuan. Tapi makin kesini, Google makin pinter buat mendeteksi oh ini konten, backlink, website, itu beneran buat user atau sekedar buat ranking doang. Dulu banyak blogger bisa nyari duit dari internet dengan bikin website, cepet naik rankingnya lalu dikasih iklan. Nah sekarang gak segampang itu lagi.
Google tahu itu dari mana? Ada faktor-faktor yang bobotnya berubah?
Secara generik sih masih sama. Google melihat sinyal dari on-page dan off-page, masih sama teori nya. Cuma sekarang Google punya algoritma bernama healthful content. Jadi Google bisa mendeteksi apakah sebuah konten itu berguna buat user atau enggak. Jadi yang orang bikin konten sekedar ngasal itu udah gak mungkin berhasil naik lagi.
Ini ada website sewa kos-kosan. Tapi dia punya blog isinya macam-macam, termasuk bagaimana cara membunuh kecoa, tempat cafe terdekat dan sebagainya. Apakah Google tahu konten-konten di sana relevan atau tidak, sehingga dia bisa memberi nilai buat website itu?
Ya, jawabannya tahu.
Kemarin bulan September-Oktober 2023, Google secara berturut-turut meluncurkan update yang bikin banyak website terjun bebas. Aku ngecek beberapa website yang trafficnya turun, itu patternnya sama. Itu website yang sifatnya palugada. Website yang menulis secara campur-campur, gak ada expertise-nya. Sementara website lain yang temanya fokus, itu selamat naik aja terus.
Jadi jawabannya Google bisa ngelihat.
Ini ada lagi yang menarik. Aku ketemu orang SEO salah salah satu platform SAAS besar beberapa minggu lalu. Dia bilang, traffic-nya hilang, tapi leads-nya tidak berubah.
Traffic itu vanity metrics. Jadi jangan menghalalkan segala cara, nulis hal-hal yang nggak relevan, demi bisa dapet traffic. Tulisan yang nyambung ke bisnisnya itu yang bakal stay.
Konten itu biasanya berbentuk artikel, tapi rasanya tidak semua bisnis bisa dibuatkan banyak artikel. Misalkan orang jualan kain Shibori atau kalung manik-manik, atau yang lagi populer, jualan Es Teh Solo. Mereka masih bisa benefit dari SEO atau enggak?
Aku percaya bahwa itu mempengaruhi SEO sih. Sudah tidak bisa lagi kita launching sebuah bisnis tapi cuma ngandalin website, berharap dari SEO doang dapet traffic tanpa melakukan activity marketing yang lain. Itu saling mempengaruhi. Contohnya kalau brand viral, orang tahu nama brandnya. Pas dicari brandnya di Google, eh bisa gampang ketemu websitenya. I believe itu jadi salah satu sinyal bahwa brand itu punya authority. Bahkan campaign ads (paid) bisa berpengaruh ke brand awareness, yang juga berpengaruh ke SEO.
Beberapa tahun terakhir ini banyak format dan platform baru bermunculan; Short form video di TikTok, YouTube juga punya Shorts. Ada research di Amerika menyatakan lebih dari 50% Gen Z melakukan pencarian bukan lagi di Google, tapi di TikTok. Kira-kira tren ini itu bakal masuk ke Indonesia dan mempengaruhi Google SEO tidak?
Aku pernah ngisi kuliah tamu di kampus UI yang pesertanya Gen Z. Aku nanya, kalian masih pakai Google gak sih? Oh masih. Siapa yang kalau search di TikTok? Oh banyak. Jadi, aku awalnya mikir, wah Google masih aman kok, masih banyak kok yang pake. TikTok banyak yang pake, tapi Google masih dipake. Aku pikir aman.
Ternyata begitu aku probing lagi, mereka pake Google cuma buat nyari yang berhubungan sama tugas kuliah. Kalau yang casual itu nyari di TikTok. Jadi hasil riset anekdotalnya ya Gen Z emang pake itu. Nah apakah SEO perlu khawatir? We will never know the future.
Tapi dengan semakin banyak orang pakai internet, semakin banyak channel dan media juga. Orang nyari di TikTok, ada konten di TikTok. Orang nyari di Google, ketemu di Google konten yang bagus. Kalau bisa dua-duanya, ya kita jalanin dua-duanya dong. Kita di website bikin konten yang bagus, bangun authority, SEO-nya diokein, sosmednya pun juga. Jadi itu bukan OR tapi AND.
Sejauh apa pengaruh social media ke SEO?
We’ll never know. Kita gak tahu. Aku berusaha mengajarkan SEO itu bukan yang, oh supaya web gue cepet ranking tinggi. Gue berusaha tidak mengajarkan itu. Kenapa? Karena ranking itu lagging indicator. Itu domainnya Google, itu hasil. Yang kita bisa lakukan adalah berusaha. Berfokus ke ranking itu kontraproduktif.
Kalau kita bikin konten di website, kita share di sosmed, misalnya di LinkedIn, terus bagus, traffic referral banyak. Itu minimal kita tahu bahwa ada audience yang kita bawa ke web kita. Apakah itu pengaruh langsung ke ranking? Aku sih don’t care, tapi gue tahu bahwa ada orang yang tahu web gue sekarang.
Poinnya adalah menaikan authority, menaikan kepercayaan, ngepromosikan website. Any effort to do that itu ngaruh ke SEO.
Contoh nih ya. DailySEO ini sejak 6 bulan terakhir aktif di Instagram. Aku bikin konten Reel, 1 minggu 3 kali publish, dan traffic SEO serta ranking SEO kita naiknya pelan-pelan. Tapi secara bisnis aku bisa jualan kelas, dapat client. Itu semua dari konten sosmed. Ada juga dari konten di Google. Yang penting UUC, Ujung-Ujungnya Cuan. Itu bagian dari marketing, bagian incremental yang ngebantu ngebangun brand untuk SEO.
Apa tantangan sisi bisnis berkaitan dengan SEO?
It’s good bahwa business itu mulai aware dengan SEO. Dan itu ditunjang dengan banyaknya praktisi dan agensi SEO yang ngasih layanan SEO. Tapi permasalahannya adalah understanding dan knowledge tadi.
Banyak business yang taunya SEO itu cuma bisa ngasih ranking di Google dengan cara lama. Mereka tidak melihat value SEO sebagai sebuah marketing channel yang melengkapi strategi marketing mereka. Aku pernah dapat undangan pitching dari sebuah brand, salah satu deliverable yang diharapkan adalah mendapatkan backlink dengan DA (Domain Authority) sekian. DA itu kan bukan bikinan Google, dan tidak mempengaruhi performa SEO. Jadi masih ada pemahaman yang salah.
Tapi di sisi lain, opportunity adalah begitu business owner-nya ngerti value SEO. Dia semangat banget sama SEO. Contohnya, aku punya 2 klien yang aku tuh tektokannya sama CEO dan COO-nya langsung. Mereka ngerti dan udah punya trust ke SEO. SEO jadi salah satu lever yang paling penting buat bisnis mereka.
Jadi, challengenya adalah understanding terhadap SEO, dari sisi impact bisnis dan cara melakukan SEO. Karena itu berimplikasi ke budget SEO mereka.
Gimana caranya pemilik bisnis itu tahu harusnya punya budget berapa? Tidak semua orang tahu harusnya SEO itu seperti apa, targetnya seperti apa. Apalagi pemilik bisnis kecil biasanya kurang resource.
Aku belum punya answer sekarang, cuma pelan-pelan aku mulai ngeliat gini, buat bisnis yang levelnya masih mikro dan nano gitu ya itu mereka tidak butuh SEO, karena bisnis kayak gitu sifatnya survival. Yang bisa dapat value dari SEO itu yang udah punya brand sendiri, yang ngerti unique selling point, yang ngerti unique value proposition, yang ngerti gimana bersaing dengan brand lain.
Dan kalau ditanya, budgetnya berapa nih buat SEO? Tricky part-nya kita pun juga belum tahu. Klien punya budget berapa, kita bisa bantu deliver yang menurut kita bagus di budget segitu. Dengan target yang sesuai dengan level budgetnya. Gak merendahkan, tapi misalnya budget sebulan cuma 5 juta, ya gak mungkin kita mau bersaing di keyword-keyword yang dikuasai marketplace.
Ada tips untuk menjembatani gap di atas?
Aku bersama dengan teman-teman praktisi SEO lain juga berusaha mengedukasi business owner. Bahwa banyak orang-orang yang nawarin jasa-jasa SEO yang tidak masuk akal, menjanjikan ranking atau menjual backlink. Padahal belum tentu itu ngaruh ke bisnis. Nggak tahu seberapa impactful, tapi we can only do what we can do.
Bisnis pasti butuh hasil yang cepat. Tapi mereka nggak tahu harus cari siapa. Ada tips cara mencari partner SEO yang baik?
Pertama tentang butuh hasil cepat, itu perlu di-align ekspektasinya. Aku mengerti bahwa semua orang pengen hasil yang cepet, tapi butuh effort dan waktu untuk bisa dapat result yang diharapkan, terutama buat website yang mulai dari 0. Buat dapatin result business misalnya sales closing, itu butuh proses untuk dapat leads. Biar dapat leads itu butuh traffic. Biar bisa dapat traffic itu butuh ngeranking. Biar butuh ngeranking itu kita butuh konten. Biar konten kita dibaca Google itu butuh bisa di crawl. Jadi result yang diharapkan itu kita perlu align.
Dalam bulan pertama kita produksi konten, tapi tidak bisa langsung dapet traffic apalagi leads. Ini perlu dialign ekspektasinya. Kalau mau cepet, pakai ads. Tapi ads pun nggak instant kan, tetap ada learning phase.
Nah, kalau buat memilih partner, ini sekarang memang pemilik bisnis tuh harus ikut nyemplung di dunia digital marketing biar paham. Kami bisa aja ketok pintu nawarin jasa SEO, tapi kalau pemilik bisnis bisa turun gunung dan coba ikut komunitas digital itu akan membantu.
Buat apa?
Buat bisa ngobrol sama pelaku industri SEO dan industri digital marketing-nya. Kalau cocok sama orangnya ya, ngobrol lebih lanjut. Itu lebih bisa dikontrol dibanding mereka duduk diem nunggu diketok pintunya.
Makasih banyak Ilman, ilmunya sudah banyak membuka wawasan.
Post ini adalah bagian dari video ini.